JABARINSIGHT – Bisnis para petani karet di Jawa Barat berencana diarahkan menjual hasil sadapan berupa lateks, dengan dikabarkan akan ditampung oleh calon pembeli. Penjualan getah karet dari perkebunan rakyat di Jawa Barat, disebutkan sebagai cara agar hasil usaha menjadi lebih tinggi.
Namun ketika banyak petani karet di Jawa Barat banyak antusias menjual lateks, calon pembeli belum jelas kabarnya. Banyak petani karet berharap menanti-nanti agar calon pembeli segera merealisasikan ajakan bisnisnya untuk perkebunan karet rakyat di Jawa Barat.
Di Bandung, pihak Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat bekerjasama dengan perusahaan asal Malaysia, memperkenalkan alat teknologi sistem sadapan pohon karet selama 24 jam, pada 8 Februari 2024.
Bahkan, pemimpin perusahaan asal Malaysia itu mengajak para petani karet asal Jawa Barat menjual dalam bentuk lateks. Harga ditawarkan yaitu Rp 15.000/kg, dan disambut banyak petani karet Jawa Barat, dibandingkan menjual dalam bentuk lump yang hanya Rp 13.000/kg.
Baca Juga: Produk Industri Karet Alam Meningkat Digunakan di Dunia, Jawa Barat Bisa Jadi Pemain
Gelisah menanti
Tetapi setelah sekian waktu dinanti, banyak petani menjadi gelisah, apakah ajakan bisnis tersebut kapan terealiasasi. Kegelisahan petani karet Jawa Barat itu mencuat pada Musda Apkarindo (Asosiasi Petani Karet Indonesia) Jawa Barat, di aula Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Selasa, 25 Juni 2024.
Salah seorang tokoh senior petani karet asal Tasikmalaya, Bunbun Bunyamin, menyebutkan, bahwa banyak petani karet di Jawa Barat termasuk di Tasikmalaya, antusias atas ajakan bisnis lateks oleh pebisnis asal Malaysia itu.
“Dihitung-hitung, menjual laleks keuntungannya jauh lebih baik dibandingkan menjual lump. Tapi kami bingung, pengusaha asal Malaysia itu seperti sedang sulit dihubungi, padahal yang bersangkutan yang menawarkan,” ujar Bunbun Bunyamin pada forum Apkarindo.