Pencurian Panen Pertanian Marak di Sumedang, Harga Sebagian Pangan Sedang Mahal Juli 2024

- 28 Juli 2024, 10:30 WIB
Komoditas jahe di kaki Gunung Kareumbi, Sumedang, termasuk komoditas pertanian perkebunan yang sedang banyak dicuri pada Juli 2024.
Komoditas jahe di kaki Gunung Kareumbi, Sumedang, termasuk komoditas pertanian perkebunan yang sedang banyak dicuri pada Juli 2024. /Jabar Insight

JABARINSIGHT – Sejumlah kalangan petani di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, sedang jengkel. Pasalnya, banyak hasil panen usaha pertanian mereka mengalami pencurian sejak sebulan terakhir, saat harga pangan sebagian sedang mahal pada Juli 2024.

Kejadian pencurian panen pertanian tersebut, membuat petani rugi sampai jutaan sampai belasan rupiah per tempat lokasi budidaya. Aneka komoditas yang dicuri, terindikasi harganya sedang mahal di pasaran.

Pada bulan Juli 2024, sejumlah petani di Sumedang bersiap panen komoditas diusahakan yang biasanya harganya bagus pada Agustus. Tetapi komoditas pertanian diusahakan beragam, sehingga tidak terjadi produksi melimpah.

 Baca Juga: WADUH!, Harga Komoditas Pangan Merangkak Naik, Ini Daftarnya

Gambaran di lokasi

Informasi diperoleh dari petani di kaki Gunung Kareumbi, Sumedang, Sabtu, 27 Juli 2024, komoditas pertanian dan perkebunan yang banyak dicuri, misalnya cabe rawit alias cengek domba, jahe, serta jagung.

Kejadian kecurian hasil panen, umumnya baru diketahui saat pagi hari, petani datang bersama tenaga kerja untuk panen. Mereka kaget ternyata panen tanaman mereka sudah kedahuluan oleh pencuri, yang diduga melakukan aksinya saat dini hari.

Misalnya Lilis (47), petani di kaki Gunung Kareumbi, sedang jengkel karena panen jahe sudah hilang dicuri. Jika dihitung-hitung, kerugian mencapai Rp 8 juta.

Para pencuri jahe diduga sedang meralela. Sedang kejadian ini dialami sejumlah petani lainnya di kaki Gunung Kareumbi yang juga mengusahakan komoditas jahe.

“Jelas jengkel, harga jage basah saja kini sudah Rp 12 ribu per kg, apalagi harga sudah kering. Cuma tersisa panen kalau dijual hanya sekitar Rp 500 ribu. Tega sekali, hasil keringat mencangkul, modal beli bibit, pupuk, dsb,” ujar Lilis.

Gambaran serupa dilontarkan Anang, warga Tanjungsari Sumedang, yang bertanam cabe rawit di kaki Gunung Kareumbi. Cabe rawit diketahui sudah hilang ketika akan dipanen. Jika dihitung, kerugian dirinya senilai belasan juta rupiah.

Baca Juga: JABAR Targetkan Jadi Lumbung Pangan Terbesar Nasional, Tapi Kok Impor Beras 2023 Nilainya Nomor 3 Terbesar

Swasembada pangan

Sementara itu, Menteri Pertanian Indonesia, Amran Sulaiman, mengatakan, bahwa Indonesia sedang mengejar swasembada pangan komoditas beras. Upaya itu dilakukan di tengah ancaman perubahan iklim seperti kekeringan dan banjir.

Keterangan Amran Sulaiman disampaikan ketika bertemu pimpinan perusahaan asal Vietnam, TH Group, di Hanoi, Vietnam, Kamis, 25 Juli 2024.

"Indonesia bercita-cita menjadi pemasok pangan global pada tahun 2033. Untuk mencapai tujuan tersebut, peningkatan produksi pangan sangat penting," ujarnya.

Amran mendorong perluasan areal tanam melalui optimalisasi lahan rawa untuk penanaman padi sekali dalam setahun dan sistem tanam terpadu pada lahan sawah dataran rendah (padi gogo) di areal perkebunan.

Indeks tanam pun turut ditingkatkan dengan  optimalisasi lahan rawa untuk penanaman padi 2-3 kali dalam setahun dan pompanisasi yakni memanfaatkan pompa air untuk mengairi lahan. ***

 

Editor: Kodar Solihat

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Trending

Berita Pilgub