Internasional Tea Workshop 2024 : Industri Teh Indonesia Harus Pentingkan Jaringan Pasar

- 28 Juni 2024, 10:00 WIB
International Tea Workshop 2024, di Bandung, Kamis, 27 Juni 2024.
International Tea Workshop 2024, di Bandung, Kamis, 27 Juni 2024. /Kodar Solihat/Jabar Insight

JABARINSIGHT – Kegiatan Internasional Tea Workshop 2024 digelar di Bandung atas prakarsa Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, di Bandung, Kamis, 27 Juni 2024. Lokakarya tersebut menghadirkan banyak pelaku industri teh Indonesia, untuk membahas situasi terkini dan masa depan.

Kondisi seputar kondisi pasar di Eropa dan pasar lokal masih menjadi bahan bahasan, berikut isu-isu seputar keamanan pangan produk teh. Beberapa pembicara menyampaikan materi tersebut, berikut fenomena pasar yang sedang berkembang saat ini.

Diantara sejumlah hal dapat dibahas, adalah faktor jaringan pasar dan politik dagang, sebagai salah satu hal melengkapi pembahasan soal kondisi industri teh Indonesia. Gambaran itu dibenarkan Ketua Asosiasi Konsultan Teh Indonesia (AKTI), Tri Bagus Santoso, ketika dimintai pendapatnya oleh Jabar Insight.

Dalam perbincangan, Tri Bagus Santoso mengatakan, “Pada banyak lokakarya teh Indonesia, disarankan memperbanyak pentingnya jaringan pasar dan politik dagang,” ujarnya. Sebab, semua produk apa pun, termasuk teh, ujung-ujungnya adalah pemasaran sebagai faktor mendapatkan hasil penjualan.

Baca Juga: Kebun Teh Agroforestri di Pangalengan Bandung, Petani Tersenyum Dapat Harga Bagus

Seputar isu

Tri Bagus Santoso juga membenarkan, bahwa jaringan pasar sering menentukan keberhasilan suatu produk pada pasar. Memang, jaringan pasar teh dunia terbagi, antara jaringan negara-negara persemakmuran Inggris, Cina, serta jaringan di luar itu, baik internasional dan domestik, termasuk Indonesia.

Juga disebutkan oleh Tri Bagus Santoso, soal isu-isu dihembuskan pihak perdagangan teh internasional antrakuinon dan ambang batas pestisida yang selama ini selalu ditujukan kepada Indonesia. Padahal, di berbagai negara lain, isu-isu soal tersebut banyak dikesampingkan bahkan dianggap tidak ada.

“Nyatanya, teh buatan Indonesia paling ketat dalam keamanan pangan, jadi rata-rata paling sehat. Tetapi, kembali kepada sejauh mana kemampuan para pelaku industri teh Indonesia dalam menembus jaringan pasar,” kata Tri Bagus Santoso.

Pada sebagian pelaku industri teh Indonesia tetap mempunyai pelanggan fanatik baik internasional dan domestik. Tetapi, masih banyak pelaku teh Indonesia lainnya sedang berjuang meningkatkan kembali kemampuan pemasaran produknya.  

Halaman:

Editor: Kodar Solihat

Sumber: liputan


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah