"Kondisi ini kemudian berubah signifikan pada 2023 di mana impor mencapai 12,30 miliar dolar AS dengan sektor konsumsi mencapai 9,51 persen, barang modal 12,32 persen, dan bahan baku hanya 78,17 persen," kata Danang.
"Dari sini saja bisa kita tahu kalau barang yang dikonsumsi warga itu naik angkanya. Sedangkan bahan baku terus turun padahal bahan baku ini kan biasanya dipakai industri dalam negeri untuk menghasilkan barang tertentu," imbuhnya.
Jika kondisi ini terus dibiarkan akan semakin menggerogot kinerja ekonomi Jawa Barat. Ekonomi Jabar yang secara angka memperlihatkan kedigdayannya dalam perannya di ekonomi secara nasional, namun di dalamnya keropos.
Baca Juga: Jumlah BUMDes di Jawa Barat, Inilah Fungsi dan Peran Bagi Masyarakat Desa
Hal itu dibuktikan dengan kondisi industri TPT atau tekstil dan produk tekstil dimana menurut pengamat ekonomi dari Unpas, Acuviarta Kartabi, saat ini kondisinya sudah lampu merah. Industri ini harus segera direspon oleh pemerintah.
Banjirnya produk pakaian jadi, menurut Acuviarta telah menggangu produksi TPT di dalam negeri, khususnya di Jawa Barat. Jika dibiarkan, gelombang PHK akan terus terjadi. ***