Usaha Tambak Udang di Subang, Dorong Peningkatan Produksi Cara Ramah Lingkungan

- 18 Juli 2024, 11:07 WIB
Salah satu lokasi tambak udang di Kabupaten Subang, Jawa Barat, didorong usaha budidaya ramah lingkungan.
Salah satu lokasi tambak udang di Kabupaten Subang, Jawa Barat, didorong usaha budidaya ramah lingkungan. /dok Wanadri

JABARINSIGHT – Usaha budidaya udang di pantai Kabupaten Subang mendapat dukungan untuk meningkatkan produksi secara ramah lingkungan. Pola usaha diarahkan berupa cara budidaya udang ramah lingkungan kombinasi tradisional dan silvofishery.

Kalangan usaha tambak udang di Subang, diarahkan dapat melakukan usaha budidaya secara cerdas iklim. Dengan cara tersebut, budidaya udang pada tambak di pantai Subang dapat meningkatkan produksi dengan menciptakan kondisi lingkungan lestari.

Salah satu lokasi tambak udang di Subang, adalah Kecamatan Legonkulon, dimana petambak dari tiga desa mengikuti pelatihan sekolah tambak. Penyelenggaranya misalnya West Java Conservation Trust Fund (WJCTF), Yayasan Wanadri, Forum Udang Indonesia (FUI), GQSP Indonesia dan PT Venambak Kail Dipantara.

Sekolah tambak dilakukan pada Selasa, 16 Juli 2024, dengan tema “Sekolah Tambak: Budidaya Cerdas Iklim Silvofishery dan Budidaya Tradisional Plus”.

Baca Juga: Budidaya Udang di Pekarangan Rumah, Ini Jenis Bisa Diusahakan di Jawa Barat  

Acara ini didukung oleh PT Bio farma (Persero) melalui salah satu program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dan bertempat di ruangan balai Desa Mayangan, Subang.

Kegiatan sekolah tambak ini disambut dengan sangat antusias oleh para petambak setempat dengan peserta yang hadir berasal dari tiga desa di Kecamatan Legonkulon, yaitu Desa Mayangan, Desa Tegalurung, dan Desa Legonwetan.

Selain para petambak, turut hadir banyak pihak yang mendukung upaya pengembangan tambak tradisional plus ini diantaranya; Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, perusahaan pakan udang Central Proteina Prima, Danramil Legonkulon, dan kepala Desa Mayangan.

Momen kebangkitan

Kegiatan sekolah tambak ini menghadirkan dua pakar budidaya udang tradisional plus dan silvofishery; Prof Esti Handyani Hardi, guru besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman dan Muhammad Saenong seorang petambak senior yang juga menjadi dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muslim Indonesia.

Topik yang dibahas dalam sekolah tambak ini meliputi metode budidaya silvofishery, yang mengintegrasikan mangrove pada lahan budidaya, serta teknik budidaya tradisional plus untuk udang mulai dari persiapan lahan, kolam nursery, hingga penggunaan obat alami.

Budhi Wibowo ketua umum Forum Udang Indonesia (FUI) yang menjadi moderator dalam kegiatan ini, menyatakan bahwa sekarang adalah momentum yang tepat untuk membangkitkan potensi tambak tradisional di Indonesia yang mencapai luas sekitar 250.000 hektar.

Dengan revitalisasi tambak tradisional menjadi tambak tradisional plus, produksi nasional dapat meningkat secara signifikan, sekaligus memperkuat citra udang Indonesia di mata internasional sebagai produk yang berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan. ***

 

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Trending

Berita Pilgub