Kemarau 2024, Petani Padi di Jawa Barat Disarankan Ikut Asuransi Pertanian

- 5 September 2024, 17:10 WIB
Kondisi areal pertanian di utara Jawa Barat, Senin, 2 Septeber 2024.
Kondisi areal pertanian di utara Jawa Barat, Senin, 2 Septeber 2024. /dok Kementeian Pertanian

JABARINSIGHT – Pada musim kemarau 2024, sejumlah lahan pertanian padi di Jawa Barat diupayakan tetap berproduksi dengan dibantu pengairan. Tetapi, ancaman kegagalan panen alias puso tetap membayangi, mengingat ada lokasi-lokasi yang masih beresiko mengalami kekerinan.

Pihak Kementerian Pertanian menghimbau agar para petani padi di Jawa Barat mengikuti asuransi pertanian. Adalah Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yang digencarkan, agar para petani dapat mengantisipasi kondisi buruk yang mengakibatkan kegagalan panen.

Diantara sejumlah lokasi pertanian padi di Jawa Barat yang sejak sepekan terakhir banyak mengalami kekurangan air, adalah di kawasan utara. Sejumlah areal pertanian padi di Karawang, Subang, Indramayu, dan Bekasi, telah dibantu pengairannya melalui pompanisasi yang dilakukan Kementan.

Baca Juga: Uji Pupuk Organik di Subang dan Indramayu Tunjukan Hasil Optimal bagi Pertanian Padi

Menghindari kerugian

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Andi Nur Alam Syah, Kamis, 5 September 2024, mengatakan, untuk mendukung ketenangan petani padi agar siap mengantisipasi kondisi buruk pada musim kemarau, tetap dihimbau mengikuti program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).

“Tujuannya, untuk mengantisipasi hal buruk terjadi yang mengakibatkan gagal panen sehingga petani merugi. Karena ini untuk keamanan petani itu sendiri agar tidak mengalami kerugian bila terjadi gagal panen," imbau Andi.

Seentara itu, kondisi kekeringan masih melanda pertanian Indonesia yang terus manjadi perhatian Kementan. Terbaru, Kementan mendapat laporan terjadi kekeringan di Desa Cirangon, Kecamatan Majalaya, Karawang, Jawa Barat dengan luas 50 hektare (ha).

Menanggapi laporan tersebut, Kementan masih mengandalkan pompanisasi untuk mengatasi kekeringan. 2 unit pompa air 6 inch dikerahkan untuk mengalirkan air dari sumber air yang paling memungkinkan terjangkau.

Baca Juga: Waduk Saguling, Bandung Barat Masih Berair Saat Kemarau 2024, Dimanfaatkan Pompanisasi Pertanian

Andi Nur Alam Syah mengatakan, areal seluas 50 ha yang dikelola 3 Kelompok Tani (Poktan), yakni Tirta Waras, Tirta Bakti, dan Tirta Asih. Di areal ini mengalami kekeringan berdurasi 30 hari dengan standing crop, 30 hari HST.

"Kendalanya sumber air Leuweung Sereh mengalami kerusakan pada dinding pondasi, yang menyebabkan lahan sawah tidak terairi. Dan selama masa perbaikan sumber air tersebut yang menyebabkan lahan kekeringan," ungkap Andi.

Adapun solusi yang dilakukan, memasang 2 pompa 6 inch dan pipa sepanjang 150 M di saluran pembuang Ciwadas, guna untuk mendorong air hingga ke lahan terindentifikasi kekeringan.

Kemudian memasang pipa sepanjang 500 M dengan pompa air 6 inch dari saluran pembuang Ciderewak untuk mengalirkan air ke lahan terindentifikasi kekeringan.

"Solusinya kita terapkan pompanisasi dan perpipaan di 2 titik saluran pembuang, Ciwadas dan Ciderewak. Sambil terus dilakukan evaluasi bila memang dibutuhkan irigasi perpompaan silakan diajukan," terang Andi. ***

 

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Trending

Berita Pilgub