Menurut Menkeu, secara global, kondisi 2024 belum menunjukkan adanya perbaikan atau optimisme disebabkan situasi global masih sama dan bahkan cenderung meruncing karena tensi geopolitik dan peperangan di sejumlah negara.
"Konflik Amerika Serikat terhadap Tiongkok, kemudian terjadinya fragmentasi dan proteksionisme yang dijadikan sebagai proxy dari kompetisi ini menyebabkan ekonomi dunia juga melemah," ucapnya.
Selain itu, kata dia melanjutkan, disrupsi akibat terjadi perang mengakibatkan terjadinya inflasi meningkat tinggi diikuti dengan suku bunga global yang melonjak tinggi, meskipun mulai September 2024 diharapkan terjadi penurunan suku bunga terutama di Amerika Serikat.
Ia mengatakan, perang juga bisa menyebabkan disrupsi suplai sehingga harga komoditas melonjak tinggi. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia melemah.
Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi global pada 2024 hanya sebesar 3,2 persen, lebih rendah dari tahun lalu, dan pada 2025 akan tumbuh 3,3 persen sama seperti tahun 2023.
Kemiskinan menurun
Pada kesempatan itu, Sri Mulyani mengatakan, ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang relatif stabil dan cukup tinggi untuk level rata-rata global meski terus berhadapan dengan dinamika dan volatilitas dimana inflasi tinggi secara global, suku bunga melonjak 500 basis poin di Amerika Serikat, dan capital outflow serta dolar yang menguat.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat pada level diatas 5% yaitu 5,05% pada tahun 2023.
“Kita tetap bisa menjaga momentum pertumbuhan dalam pergolakan dan situasi di mana dinamika ekonomi global luar biasa tinggi. Juga terjadinya fragmentasi, terjadi proteksionisme, kenaikan tarif dan menyebabkan perdagangan dunia antar negara melemah dan global growth yang melemah tadi hanya 3%, sementara kita tetap terjaga di 5%,” ungkap Menkeu seperti dilansir laman Kementerian Keuangan RI, hari ini.