Kemarau 2024, Harga Beras Turun, BPS Optimis Gagal Panen Padi Berkurang

- 6 September 2024, 16:48 WIB
Pompanisasi untuk mengairi lahan pertanian padi pada kemarau 2024.
Pompanisasi untuk mengairi lahan pertanian padi pada kemarau 2024. /dok Kementerian Pertanian

JABARINSIGHT – Musim kemarau 2024 yang masih terjadi sampai pekan pertama September, munculkan fenomena harga beras yang turun. Badan Pusat Statistik (BPS) meyakini pula, pada September 2024, kondisi gagal panen padi pada usaha pertanian berkurang.

Yang menjadi alasan BPS, bahwa areal tanaman padi kini banyak dapat terairi ketika musim kemarau. Sistem pompanisasi mampu melanjutkan pasokan air bagi tanaman padi, selama sumber airnya masih ada.

Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (STPHP) pada Badan Pusat Statistik (BPS), Eko Marsoro, di Jakarta, Jumat, 6 September 2024, menyebutka sampai Agustus 2024 berdasarkan hitungan sementara terjadi potensi kenaikan produksi beras.

"Ini pola yang agak berbeda dibanding Tahun-tahun sebelumnya, di mana biasanya Juli ke Agustus pola panennya turun," ujar Eko.

Baca Juga: Kemarau 2024, Petani Padi di Jawa Barat Disarankan Ikut Asuransi Pertanian

Masih prediksi

Menurut Eko, bulan Agustus dan September 2024 ini apabila dikomparasi dengan bulan yang sama di tahun sebelumnya juga terdapat surplus beras yang dihasilkan dari panen raya. Bahkan dia mencatat tahun ini juga tidak ada kegagalan penen yang biasanya turun secara signifikan.

"Dari sisi keterbandingan dengan konsumsi bulanan, pada Agustus-September ini ada potensi surplus. Kami juga mencatat potensi kegagalan panen mungkin lebih rendah dibanding sebelumnya," katanya.

Harga beras di berbagai daerah mengalami penurunan pada bulan Agustus 2024. Penurunan ini merupakan anomali karena disaat bersamaan Indonesia dilanda gelombang panas yang sangat ganas dan mengakibatkan turunnya produksi.

Namun, hal ini berbanding terbalik karena sejumlah daerah sentra malah menggelar panen raya.  Kementan)gencar melaksanakan program pompanisasi sebagai solusi cepat menghadapi darurat pangan akibat kekeringan panjang.

Eko menegaskan bahwa semua potensi yang ada ini merupakan hitungan sementara karena pencatatan masih terus berlangsung hingga 20 September mendatang. "Ini sifatnya potensi, karena realnya baru selesai dihitung setelah tanggal 20 September," jelasnya.

Baca Juga: Makan Siang Gratis, Ini Dampak Bagi Pertanian dan Peternakan di Jawa Barat

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani pada Agustus 2024 turun sebesar 1,15 persen secara bulanan (MoM), sementara harga beras premium di penggilingan turun 1,19 persen.  

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Moch Arief Cahyono, menyatakan bahwa anomali ini menjadi bukti bahwa kebijakan yang diambil Kementan mampu merespons perubahan iklim dan tantangan di sektor pertanian dengan efektif.

Menurut dia, fenomena ini mungkin belum pernah terjadi dalam 30 tahun terakhir, bahkan sejak Indonesia merdeka. Artinya, program dan kebijakan Kementan terkait pompanisasi dan oplah sudah tepat, karena berdampak positif terhadap peningkatan produksi.

“Sejak dulu, penurunan harga gabah dan beras, termasuk di tingkat penggilingan padi, menjadi tren yang lazim selama musim kemarau. Namun, berkat langkah-langkah proaktif yang diambil Kementan dalam menghadapi tantangan iklim, tren tersebut berhasil dibalik,” ujar Arief. ***

 

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Trending

Berita Pilgub