Network
JABARINSIGHT– Komoditas kopi robusta di Indonesia mengalami kondisi gagal panen pada tahun 2024. Kondisi demikian, banyak diduga akibat terjadi dampak perubahan iklim menyebabkan efek pemanasan global yang mengganggu tanaman kopi robusta.
Kondisi banyak gagal panen kopi robusta, disebutkan terjadi pula di Indonesia, misalnya di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali, NTB, dll. Dampaknya, harga kopi robusta terjadi mahal dan melonjak pada dua tahun berturut-turut, yaitu tahun 2024 dan 2023 lalu.
Pihak Greenpeace Indonesia, dengan mengutip keterangan Farida Dwi dari Lady Farmer Coffee, pada Selasa, 30 Juli 2024, menyebutkan, perubahan cuaca menjadi awal permasalahan mengapa harga kopi melonjak. Sebab, kopi sangat tergantung dengan cuaca daerah sekitar.
Diterangkan, bahwa produksi kopi robusta sangat rentan terhadap mengalami gagal panen akibat cuaca. Para petani kopi kini mengalami ancaman serius akibat krisis iklim, kalender tanam yang bergeser dan musim tanam menjadi tidak dapat diprediksi.
Baca Juga: Indonesia dan Jawa Barat Berpotensi Jadi Penghasil Kopi Terbesar di Dunia, Ini Penyebabnya
Pengaruh ke petani
Dalam kondisi ini, petani kopi robusta rupanya tidak dapat menikmati kenaikan harga. Sebab, rantai perdagangan kopi di Indonesia tergolong sangat panjang, sehingga kenaikan harga tidak begitu dinikmati oleh petani.
“Seharusnya, kenaikan harga kopi harus selarasa dengan perbaikan ekosisten kopi dari hulu sampai hilir. Sudah diancam gagal panen akibat krisis iklim, dipersulit oleh rantai pasok yang kadang membuat mereka merugi,” tulis pihak Greenpeace Indonesia melalui Instagram @ greenpeaceid.
Pada sejumlah negara Asia dan Amerika Tengah, produksi kopi juga sedang turun produktivitas. Di Indonesia, areal tanaman kopi dikabarkan banyak yang juga turun produktivitasnya, terdapat perubahan iklim.
Greenpeace Indonesia menyebutkan, harga greenbean kopi robusta kini mencapai Rp 100.000/kg. Bahkan pada harga kopi robusta premium, harganya sudah melewati Rp 250.000/kg.
