Kebun Teh Agroforestri di Pangalengan Bandung, Petani Tersenyum Dapat Harga Bagus

23 Juni 2024, 11:00 WIB
/

JABARINSIGHT – Usaha perkebunan teh rakyat kini sudah dilakukan secara agroforestri,  Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Usaha kebun teh agroforestri rupanya mendatangkan hasil bagus bagi petani, karena memperoleh harga bagus dari pabrik yang membeli.

Pola agroforestri merupakan usaha pertanian terpadu, yang isinya terdiri komoditas hutan, perkebunan, tanaman pertanian, peternakan, bahkan perikanan pada suatu lahan yang sama. Teknisnya diatur, sehingga semua komoditas diusahakan bisa tumbuh bagus.

Kabupaten Bandung termasuk kawasan yang cukup banyak pola agroforestry. Prinsipnya, agroforestri merupakan usaha pertanian terpadu dengan orientasi memulihkan kelestarian lingkungan dengan munculkan nilai ekonomis bagi masyarakat, terutama pada kawasan kritis.

Baca Juga: Musim Kemarau 2024, Tanaman Teh Petani di Sukabumi Dirancang Produktif

Mengapa bisa bagus

Informasi diperoleh dari Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Minggu, 23 Juni 2024 menyebutkan, lokasi agroforestry dimana tanaman teh diusahakan, adalah di Kelompok Tani Asih, Laspada, Pangalengan, Bandung. Agroforestri berkebun teh merupakan inovasi diperkenalkan PPTK kepada petani desa hutan.

Hasil panen teh dari agroforestry kebun rakyat tersebut kemudian dibawa ke pabrik teh Pangalengan Agro Lestari di Kecamatan Pangalengan. Tampaknya, pucuk teh hasil dari agroforestri di Pangalengan itu oleh pabrik dibuat untuk produksi teh hijau untuk pemasaran skala besar.

Cuncun, selaku ketua kelompok tani tersebut, menunjukan,tanaman teh digunakan petani untuk agroforestry adalah dari klon lama, yaitu TRI 2025. Petani memiliki pertimbangan tersendiri menggunakan TRI 2025, walau saat ini yang sedang populer adalah Gambung 7.

“Dari hasilnya, produksi pucuk teh klon TRI 2025 masih munculkan pucuk bagus ketika musim kemarau. Lain halnya  Gambung 7, ketika kemarau, lebih banyak pucuk burung (bakal pucuk yang gagal tumbuh), apalagi varietas Sarongge,” kata Cuncun.

Baca Juga: Bisnis Tea House di Bandung, Sambut Trend Kalangan Muda Kini Gandrung Teh

Begitu pula untuk warna daun, ketika kemarau, Gambung 7 dan Sarongge warnanya kekuningan. Sedangkan TRI 2025 semuanya masih berwarna hijau segar ketika musim kemarau.

Soal petikan pucuk, menurut dia, dari agroforestri adalah p+3 dan p+4. “Tergantung permintaan pabrik pengolah teh, tetapi kami memperoleh harga bagus,” ujarnya.

Sementara itu, menurut bagian Pengolahan, Pemasaran, dan Usaha Perkebunan (PPUP) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, usaha perkebunan teh rakyat tahun 2024 mengalami kebangkitan diperoleh sejak tahun 2023. Di luar segmen pemasaran besar, yang sedang tumbuh bagus adalah semgmen UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah).

Kebangkitan ini disebutkan karena gencarnya promosi teh kepada kalangan muda, dengan dibuat produk yang sesuai selera generazi milenial dan gen Z. Bahkan, usaha café teh mulai bertumbuhan di kawasan Bandung.

Sekretaris Ekskutif Asosiasi Teh Indonesia (ATI), Atik Darmadi, mengatakan, bahwa bergairahnya pemasaran teh di Indonesia, terutama di Kabupaten Bandung. “Segmennya adalah teh kemasan buatan UMKM, pasarnya bagus pada kalangan muda,” ujarnya. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Instagram @pptk_id

Tags

Terkini

Terpopuler