JABARINSIGHT - Alur kerja yang tidak jelas akan menyebabkan terjadinya pemborosan di lini produksi. Kondisi ini dinilai akan berdampak pada kelancaran produksi yang berakibat pula pada terhambatnya pemenuhan target produksi. Hal ini terutama bisa terjadi di sektor UMKM.
Untuk itulah, sebuah tim dari Fakultas Rekayasa Industri (FRI) Telkom University dalam kegiatan pengabdiannya kepada masyarakat, melakukan uji coba penerapan Metode 5S di UMKM Kaffa Indonesia yang dilakukan Januari hingga Juni 2024.
Metode 5S adalah metode yang digunakan di Sistem Produksi Toyota dan Lean Manufacturing.
Sementara itu, UMKM Kaffa Indonesia yang berlokasi di jalan Golf Barat VXIII No. 1 Arcamanik, Bandung merupakan UMKM yang bergerak dibidang busana Muslim yang memulai bisnisnya melalui online marketing.
Adapun produk yang dihasilkan oleh UMKM Kaffa Indonesia antara lain adalah gamis, tunik, koko, outer, baju anak, mukena, kaos kaki dan kerudung. Produk-produk tersebut diproduksi sendiri, sehingga UMKM ini memiliki divisi produksi dan divisi lainnya yang menunjang jalannya produksi dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 50 orang
Hambatan di Lini Produksi UMKM Kaffa Indonesia
UMKM Kaffa Indonesia merupakan UMKM yang memproduksi busana muslim dan memasarkan produknya melalui online, saat ini UMKM tersebut telah banyak menerima pesanan untuk berbagai jenis produk yang diproduksinya. Peningkatan permintaan mengakibatkan penanganan produksi menjadi tidak terkendali, sehingga mengalami banyak permasalahan dalam memenuhi pesanan.
Ketua Tim Pengabdian, Pratya Poeri Suryadhini mengemukkan, permasalahan yang muncul pada UMKM Kaffa Indonesia diantaranya adalah kurang jelasnya alur kerja, kesalahan input pada worksheet kerja.
“Hal itu mengakibatkan divisi produksi salah mengerjakan order, penempatan barang yang tidak konsisten dapat menyebabkan operator lama mencari barang yang dibutuhkan, terdapat cacat produk yang diloloskan oleh bagian quality control,” tutur Pratya.