JABARINSIGHT – Mitsubishi bergabung dengan aliansi 2 pabrikan mobil asal Jepang lainnya yakni Honda dan Nissan untuk mengarap mobil listrik dan perangkat lunaknya. Aliansi ketiganya merupakan langkah untuk menghadapi perkembangan pesat mobil listrik produksi pabfikan mobil asal China.
Aliansi ketiga pabrikan mobil asal Jepang itu sudah resmi diumumkan oleh masing-masing pihak pada akhir Juli 2024.
Aliansi Honda, Nissan dengan Mitsubishi tersebut menjadikannya sebagai aliansi terbesar kedua di Jepang. Sebelumnya Toyota, Mazda, dan Subaru sudah mengumumkan pembentukan aliansi. Kemitraan mereka menjadikannya sebagai aliansi dengan produk mobil listrik terbesar di Jepang.
Mitsubishi memutuskan bergabung dengan kemitraan Honda dengan Nissan belakangan, setelah kemitraan Honda dengan Nissan diumumkan secara resmi pada Maret 2024.
Tujuan Aliansi
Aliansi Honda, Nisan, dan Mitsubishi dibentuk untuk kembali membangkitkan penjualan mobil listrik produk Jpang yang mengalami perlambatan.
Aliansi ini juga dibentuk untuk menghadapi serbuan mobil listrik produksi China yang hadir dengan harga terjangkau dan pilihan yang angat beragam.
Honda dan Nissan mengumumkan kolaborasi tersebut pada Maret 2024, tetapi sekarang Mitsubishi, yang merupakan sepertiga dari aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi , akan bekerja sama dengan Nissan dan Honda dalam proyek tersebut.
Penggabungan ini masuk akal mengingat Nissan memegang 34,01 persen saham di Mitsubishi. Ketiga pabrikan ini jika ditotalkan menjual 8,35 juta mobil setiap tahunnya.
Jika digabungkan, ketiganya menduduki peringkat kedua di antara semua produsen mobil Jepang, di belakang Toyota dan mitra aliansinya Subaru dan Mazda, yang volume penjualan tahunan sekitar 16 juta.
Mobil Listrik Apa yang akan Digarap?
Dengan aliansi tersebut, ketiga pabrikan mobil asal Jepang itu akan saling melengkapi jajaran produk masing-masing, dengan fokus pada upaya menutup kesenjangan produk dan pengembangan di antara ketiganya.
Meski belum dikonfirmasi secara resmi, hal itu mungkin termasuk Mitsubishi yang akan berbagi teknologi hybrid plug-in dengan Honda serta model pikap yang lebih kecil, yang saat ini tidak dimiliki Honda dalam portofolionya.
Adapun rencana awal antara Honda dan Nissan juga menyangkut standarisasi perangkat lunak dalam kendaraan di antara pembuat mobil, yang juga sekarang bisa diikuti oleh Mitsubishi.
Awalnya dalam kemitraan Nissan dan Honda telah membahas kesepakatan dalam mengembangkan kendaraan berbasis perangkat lunak (software-defined vehicles/SDV). Keduanya akan menggabungkan dana ke dalam perangkat lunak untuk meningkatkan teknologi mengemudi otonom, konektivitas, dan kecerdasan buatan.
Kerja sama ini juga akan mencakup pengembangan bersama baterai baru dan as roda yang digerakkan secara elektrik dengan berbagi motor dan inverter
Pada akhir tahun 2023, Mitsubishi menarik diri dari manufaktur di China mengakhiri usaha patungannya dengan Guangzhou Automobile Group Company (GAC) setelah membukukan kerugian yang signifikan dan penurunan penjualan.
Sementara Nissan juga tengah berjuang dengan penjualan kendaraan listriknya, meskipun memimpin dengan mobil hatchback listrik Nissan Leaf pada tahun 201, namun hanya mampu menjual 140.000 mobil listrik di seluruh dunia pada tahun 2023.
Jumlah tersebut jauh dibandingkan dengan 1,81 juta mobil listrik yang terjual oleh Tesla, diikuti pabrikan China, BYD dengan penjualan 1,57 juta unit.
Sedangkan Honda hanya menjual 19.000 mobil listrik secara global pada tahun 2023, jumlah ini kurang dari separuh dari 46.116 pengiriman mobil listrik Tesla untuk pasar Australia saja.***