INDUSTRI di Jawa Barat Perlu Penangan Serius, Acuviarta : Produk Impor Manufaktur Serbu Pasar Lokal

- 28 Juni 2024, 09:00 WIB
Impor produk manufaktur serbu pasar lokal Jawa Barat, Industri manufaktur Jabar harus segera mendapat penanganan.
Impor produk manufaktur serbu pasar lokal Jawa Barat, Industri manufaktur Jabar harus segera mendapat penanganan. /Antara//Raisan Al Farisi/

JABARINSIGHT – Pengamat ekonomi dari Unpas Bandung, Acuviarta Kartabi menilai bahwa industri di Jawa Barat perlu penanganan serius. Salah satunya karena terus meningkatnya impor produk manufaktur. Jika dibiarkan, hal itu akan membuat produk manufaktur dalam negeri, khususnya Jawa Barat akan terpuruk.

Hal itu dikemukakan Aciviarta Kartabi dalam perbincangan dengan Jabar Insight di Bandung, Kamis 26 Juni 2024.

Baca Juga: HP iQOO 12: Smartphone Flagship Paling Powerful dengan Chipset Tecanggih di Indonesia

Masalah ini harus mendapat perhatian serius mengingat perannya yang sangat strategis. Menurut Acuviarta, dengan kontribusi 41.97 persen (2023) dalam struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan dengan distribusi penduduk bekerja 18,32 persen (Februari 2024), maka sektor industri manufaktur merupakan sektor yang paling strategis di Jawa Barat.

Peran Industri Manufaktur bagi Ekonomi Jabar

Acuviarta memaparkan bahwa secara agregat, peran sektor industri manufaktur merupakan yang tertinggi dalam struktur perekonomian (PDRB) Jabar, begitu juga dalam hal tenaga kerja.  

“Peran daya serap tenaga kerja di sektor industri manufaktur menempati urutan ke 2 terbesar setelah sektor perdagangan yang berkontribusi 21, 62 persen.,” paparnya.

Untuk itu, sektor industri manufaktur harus dirawat baik-baik, tidak bisa dibiarkan begitu saja, tapi harus dirawat dan ditingkatkan kinerjanya.

“Abai memperhatikan perkembangan sektor industri manufaktur, dampaknya merembet kemana-mana. Efek yang paling nyata didepan mata adalah potensi meningkatnya pengangguran, jika sektor industri manufaktur semakin terpuruk,” ujar pengamat ekonomi yang akrab disapa Acu.

Untuk mendorong pengembangan sektor industri, masing-masing elemen tidak bisa bekerja sendiri-sendiri, perlu komite khusus yang mengkoordinasikan antar berbagai kewenangan dan fungsi.

Paling sederhana misalnya bagaimana mengembangan sektor industri manufaktur agar kapasitas produksinya meningkat, untuk mencapai itu perlu pengaturan impor dan ekspor komoditas industri manufaktur yang masuk dan keluar dari Jabar, kemudian pengaturan rantai pasok, pengaturan kepabeanan, pengaturan sumber energi, pengaturan bahan baku hingga faktor-faktor lain seperti lahan, tenaga kerja, teknologi, dan lain sebagainya.

Menurutnya, hal itu tidak sulit tapi akan lebih mudah bila rangkaian keterkaitan pengembangan sektor industri manufaktur tersebut satu dirigen, satu visi, satu arah, dan antara kebijakan yang satu dengan kebijakan yang lain saling bersinergi.

Pasar Jawa Barat Diserbu Produk Industri Impor

Data impor Jabar April 2024
Data impor Jabar April 2024

Masuknya barang-barang konsumsi impor contohnya, otomatis akan menghajar pasar dan eksistensi produksi komoditas hasil industri manufaktur. Untuk kebijakan terkait sektor industri manufaktur yang dikeluarkan pemerintah pusat harus satu napas dengan kebijakan pengembangan industri Jabar dengan segala kelebihan kewenangannya masing-masing.

Baca Juga: PANDUAN Lengkap Top Up Allo Bank Lewat BCA: Praktis dan Gratis

Parahnya, menurutnya, belakangan ini pasar komoditas hasil industri manufaktur di Jabar (domestik) mulai dihajar masuknya barang-barang industri manufaktur dari luar (impor). Impor barang konsumsi produk hasil industri manufaktur terus meningkat.

Data sepanjang tahun 2023 menunjukan impor barang konsumsi yang masuk ke Jabar tumbuh 9,51 persen. Persentase pertumbuhan impor barang konsumsi Jabar terus meningkat dari 6,56 persen tahun 2021 menjadi 7,26 persen di tahun 2022 dan menjadi 9,51 persen di tahun 2023.

Memang betul  tidak semuanya peningkatan impor barang konsumsi diisi oleh impor barang konsumsi hasil industri manufaktur, tapi sebagian besar adalah barang industri manufaktur.

Acu memaparkan data impor barang konsumsi yang masuk ke Jawa Barat sepanjang tahun 2023 :

1.peringkat pertama mobil nilainya 319, 49 Juta dolar

2.disusul bagian dari alas kaki

3.beras

4.barang lain dari plastik

5.tempat duduk/sofa

6.perabotan rumah lainnya

7.pisau cukur

8.crustasea (udang dan sejenisnya),

9.kasur dan sejenisnya serta banyak lagi lainya.

Beberapa produk impor barang konsumsi tersebut juga merupakan barang yang sama dengan hasil industri manufaktur di Jabar, maka untuk itu harus diperhatikan bagaimana kondisi industri manufaktur di Jawa Baratr yang juga memproduksi barang yang sejenis dengan barang konsumsi impor tersebut.

Segera Evaluasi Impor TPT

Acuviarta juga menyoroti  impor tekstil dan produk tekstil  (TPT) yang impornya sebagian besar tidak tercatat dalam impor TPT Jabar karena dibongkar muat di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Tanjung Priok Jakarta.

“Itu soal perbandingan data saja, faktanya impor produk TPT tidak kalah hebat dan pasti akan semakin mengancam eksistensi produksi TPT Jabar,” ujarnya.

Untuk itu, menurut Acu, soal daya saing industri di Jabar, termasuk TPT dan banyak produk hasil industri manufaktur lainnya sudah sangat mendesak dievaluasi dan diberikan tindakan khusus. Sebab kalau tidak akan semakin terpuruk.

“Pemerintah pusat dan daerah tentu punya mata dan telinga, bisa dilihat kenapa hasil industri manufaktur kita dalam beberapa kasus kalah daya saing dengan produk impor , tuturnya.

Masalahnya cukup beragam, mulai minimnya industri pemasok bahan baku, barang modal sampai pada dugaan adanya praktek dumping serta banyak faktor lainnya, seperti pasokan energi (contoh kasus pasokan gas untuk industri Jabar yang seret), masalah air, masalah kesiapan tenaga kerja, nilai tukar Rupiah yang makin terdepresiasi, biaya modal yang mahal, dan lain sebagainya.

Baca Juga: BOCORAN 2 Mobil Toyota Siap Dirilis di GIIAS 2024 : All New Prius dan GR Yaris, Siap Memikat Kalangan Muda

Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah harus segera duduk bersama membicarakan penyelesaian jangka pendek maupun jangka menengah di sektor industri manufaktur. Saatnya tahun ini dan tahun depan akan disahkan RPJPD dan RPMD, begitu juga RPJPN dan RPJMN di pusat.

Harus dipahami bahwa kontribusi sektor industri manufaktur Jabar merupakan yang terbesar di Jabar, baik secara agregat maupun untuk beberapa sub sektor. Secara sub sektor, beberapa sub sektor industri manufaktur Jabar berkontribusi sangat tinggi terhadap sub sektor industri sejenis secara nasional.

Contohnya sub sektor industri mesin dan perlengkapan YTDL (Perizinan Berusaha Industri Pengolahan Lainnya )  berkontribusi 82,59 persen terhdap total sub sektor industri sejenis secara nasional.

Kemudian sub sektor industri tekstil dan pakaian jadi berkontribusi sebesar 58,81 persen dari total sub sektor industri TPT nasional.

“Jadi bisa dibayangkan bagaimana kalau kita tidak merawat daya ssaing dan eksistensi produksi sub-sub sektor tersebut, maka dampaknya bukan hanya pada perekonomian Jabar tetapi juga pada perekonomian Indonesia,” pungkasnya. ***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Wawancara


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah