SAAT Kedigdayaan Industri Pengolahan Jawa Barat Digerus Produk Impor, Sampai Kapan Dibiarkan?

4 Juli 2024, 16:00 WIB
Peran Jawa Barat dalam ekonomi nsional sangat strategis. Industri manufaktur menjadi penyumbang terbesar bagi Indonesia. Namun, kedigdayannya terus digerus produk impor yang kian meningkat. /bkpm.go.id/

JABARINSIGHT – Peran Jawa Barat dalam perekonomian Indonesia hingga saat ini dinilai paling strategis, dimana daerah ini sebagai kontributor terbesar. Peran strategis itu terlihat dari sektor pangan dimana Jawa Barat sebagai produsen padi terbesar kedua dibawah Jatim.

Sementara di sektor industri, terutama industri manufaktur, peran Jawa Barat sangat dominan. Boleh dibilang, industri manufaktur atau industri pengolahan provinsi ini begitu digdaya. Bahkan beberapa sektor di antaranya sangat dominan.

Baca Juga: Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS Hari Ini Kamis 4 Juli 2024

Sayangnya, kedigdayaan industri manufaktur Jawa Barat ini saat ini mulai tergerus oleh produk-produk impor yang kian membanjiri pasar lokal di Jawa Barat.

Saat ini yang sedang hangat terjadi adalah kondisi mengkhawatirkan yang dialami industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Ribuan buruh melakukan demo di Jakarta pada Rabu 3 Juli 2024 yang menuntut penghentian gelombang PHK.

Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) mencatat hampir 50.000 pekerja di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) sejak Januari 2024 hingga awal Juni.

"Sebetulnya hampir 50. 000 (pekerja) yang riil. Nah, hanya banyak tidak mau nama perusahaannya diekpose, enggak mau," ujar Presiden KSPN Ristadi .

Gelombang PHK terjadi karena banyak pabrik tekstil yang tutup akibat gelombang produk impor sejenis yang menyebur pasar domestic. Sampai kapan hal ini dibiarkan?

Kedigdayaan Industri Manufaktur Jawa Barat

Dari bahan paparan BPS Jabar dalam sebuah diskusi Ikatan Wartawan Ekonomi dan Bisnis pada Juni 2024, tergambar begitu dominannya industri manufaktur Jawa Barat dalam kontribusinya bagi ekonomi nasional.

Di provinsi di Pulau Jawa yang merupakan kelompok penyumbang terhadap ekonomi nasional, laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat tercatat nomor 2 dibawah DIY selama 2023. LPE Jabar berada di angka 5,00% berada di bawah DIY dengan LPE tertinggi sebesar 5,02%.

Sementara di kuartal 1 2023, LPE Jabar sebesar 4,93% berada di posisi kedua dibawah DIY yang berada di angka 5,02%.

Dari sisi sektor penyumbang terhadap LPE Jabar 2023 adalah sektor industri dengan kontribusi tertinggi yakni terhadap struktur PDRB sebesar 41,87% dan terhadap LPE sebesar 4,74%.

Dilihat dari sisi subsektor, untuk beberapa subsektor industri pengolahan Jabar menjadi penyumbang tertinggi dan sangat dominan terhadap industri manufaktur secara nasional.

Peranan subsektor industri manufaktur Jabar terhadap insustri manufaktur nasional 2023 :

  • Industri mesih dan perlengkapan YTDL : 82,59%
  • Industri Tekstil dan Pakaian Jadi : 58,81%
  • Industri barang logam, barang elektronik, komputer, optick dan peralatan listrik : 52,19%
  • Industri alat angkutan : 46,68%

Digerus Produk Impor

Sayangnya kedigdayaan industri manufaktur Jawa Barat terus digerus produk impor yang membanjiri pasar domestik. Jika dibiarkan dan tidak dirawat maka ekonomi Jabar akan terlihat keropos dan tidak berkualitas.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar memperlihatkan dengan jelas terjadinya peningkatan impor barang konsumsi dalam 3 tahun terakhir. Sementara pada sisi lain, impor bahan baku/penolong mengalami penurunan.

Baca Juga: Update Harga Emas Hari Ini Kamis 4 Juli 2024 Naik Rp13,000 Per Gram

Data tersebut mengindikasikan bahwa kehadiran barang konsumsi impor yang menbanjiri pasar lokal telah menggangu dari sisi produksi yang membuat impor bahan baku/penolong mengalami penurunan.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Danang Girindrawardana mengemukakan bahwa data BPS, pada 2021 dari total struktur impor di Jawa Barat saja sudah mencapai 11,99 miliar dolar AS di mana impor konsumsi mencapai 6,56 persen, barang modal 10,94 persen, dan bahan baku/pemolong 82,50 persen.

"Kondisi ini kemudian berubah signifikan pada 2023 di mana impor mencapai 12,30 miliar dolar AS dengan sektor konsumsi mencapai 9,51 persen, barang modal 12,32 persen, dan bahan baku hanya 78,17 persen," kata Danang.

"Dari sini saja bisa kita tahu kalau barang yang dikonsumsi warga itu naik angkanya. Sedangkan bahan baku terus turun padahal bahan baku ini kan biasanya dipakai industri dalam negeri untuk menghasilkan barang tertentu," imbuhnya.

Jika kondisi ini terus dibiarkan akan semakin menggerogot kinerja ekonomi Jawa Barat. Ekonomi Jabar yang secara angka memperlihatkan kedigdayannya dalam perannya di ekonomi secara nasional, namun di dalamnya keropos.

Baca Juga: Jumlah BUMDes di Jawa Barat, Inilah Fungsi dan Peran Bagi Masyarakat Desa

Hal itu dibuktikan dengan kondisi industri TPT atau tekstil dan produk tekstil dimana menurut pengamat ekonomi dari Unpas, Acuviarta Kartabi, saat ini kondisinya sudah lampu merah. Industri ini harus segera direspon oleh pemerintah.

Banjirnya produk pakaian jadi, menurut Acuviarta telah menggangu produksi TPT di dalam negeri, khususnya di Jawa Barat. Jika dibiarkan, gelombang PHK akan terus terjadi. ***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Wawancara, Antara, BPS

Tags

Terkini

Trending