Yuk Kenali Kebiasaan Kebiasaan yang Menyebabkan Susah Hidup Kaya dan Sejahtera

- 5 Agustus 2024, 08:00 WIB
Mau hidup kaya dan sejahtera, yuk kenali kebiasaan-kebiasaan buruk dalam pengelolaan keuangan keluarga dan pribadi.
Mau hidup kaya dan sejahtera, yuk kenali kebiasaan-kebiasaan buruk dalam pengelolaan keuangan keluarga dan pribadi. /freepik/

JABARINSIGHT- Masalah keuangan dalam kehidupan pribadi dan keluarga, sebagaimana juga masalah dalam kesehatan, seringkali bisa didiagnosa lebih awal dan dapat disembuhkan dengan obat yang tepat.

Namun demikian, seringkali kebanyakan dari kita terjerumus kedalam kebiasaan buruk berupa kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan dalam mengelola keuangan pribadi yang berpotensi besar menganggu kesehatan keuangan kita.

Baca Juga: MUSIM Kemarau AC Mobil Rusak , Bisa Jadi Masalah, Jangan Cemas Inilah Lokasi Jasa Servis AC Mobil di Bandung

Menurut Pimpim Primaningsih, Senior Financial Consultant Primoney Solutions dan Business Partner Sequis Life, berikut ini adalah beberapa kesalahan  yang sering kita lakukan dalam mengelola keuangan keluarga atau pribadi:

1.Tidak terbiasa membuat rencana keuangan

Hal ini timbul karena kita jarang membuat suatu tujuan keuangan dan jangka waktunya dalam mencapai tujuan tersebut. Tujuan keuangan yang dimaksud akan berbeda pada setiaporang. Ada yang memiliki target di masa depan untuk dapat umrah, atau memiliki rumah sendiri dan lain sebagainya.

Biasanya setelah kita mulai beranjak tua baru mulai berpikir mengenai target. Kita lebih senang secara spontanitas untuk berlibur pada saat memiliki uang yang lebih banyak daripada membuat rencana keuangan bagi masa depan.

2.Tidak bisa menjaga arus kas yang positif

Yang dimaksud dengan arus kas yang positif adalah selisih antara jumlah penerimaan yang lebih besar daripada jumlah pengeluaran. Bila jumlah penerimaan sama besarnya dengan jumlah pengeluaran itu artinya impas (tidak lebih juga tidak kurang).

Namun bila ternyata jumlah penerimaan kurang dari jumlah pengeluaran (besar pasak daripada tiang) maka berarti kita mengambil hutang untuk membiayai pengeluaran kita.

Apa saja yang menyebabkan pengeluaran kita lebih besar dari penerimaan? Salah satunya adalah nafsu konsumtif karena faktor gaya hidup yang berlebihan.

3.Sering melakukan pembelian dengan kredit

Seringkali kita dihadapkan dengan iklan-iklan produk-produk keren masa kini yang selalu up to date di media sosial dan tergiur untuk membelinya dengan iming-iming paylater, beli sekarang bayarnya nanti. Bahkan diiming-imingi dengan cicilan 0% hingga 12 bulan.

Pembelian seperti ini berarti kita menggunakan fasilitas kredit dengan pertimbangan agar tidak terasa berat saat membayarnya dibandingkan membelinya secara tunai. Bila hal ini sering dilakukan secara tidak sadar karena terbiasa membeli tanpa mengeluarkan uang tunai yang banyak, dapat mengakibatkan terakumulasinya beban hutang yang akhirnya bisa menjadi bencana bagi keuangan kita.

4.Sering terbujuk tawaran investasi dengan keuntungan besar

Banyak diantara kita yang pernah ditawari suatu produk dalam hal ini produk investasi dengan imbal hasil sangat besar dalam jangka waktu pendek. Dan banyak juga yang melakukan untuk membelinya. Padahal bisa jadi produk investasi tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan kondisi keuangan maupun kondisi profil resiko kita.

Kita membeli produk-produk tersebut hanya berdasarkan tawaran yang manis menggiurkan dari para salespersonnya. Misalnya ada tawaran untuk berinvestasi yang memberikan imbalan besar setiap bulannya yang bahkan besaran imbal hasilnya melebihi besaran imbalan dari tabungan atau deposito.

Sedangkan di satu sisi, kita tidak atau kurang memahami dengan baik bagaimana sebenarnya proses kerja produk-produk keuangan dan investasi itu. Inilah awal dari kita terjerumus dalam skema investasi bodong.

5.Menunda-nunda untuk simpanan pensiun

Hal yang menjadi idaman kebanyakan kita yang berprofesi sebagai pegawai atau karyawan tentunya menginginkan agar bekerja itu tidak perlu lama-lama. Kalau bisa, segera ambil pensiun dini sambil menikmati hidup bersama keluarga pasti akan lebih menyenangkan.

Tentunya asumsinya adalah berdasarkan standar kenyamanan yang diperoleh saat ini atau bahkan lebih. Namun seringkali tidak terpikirkan apakah kita sudah menyiapkan dana yang cukup untuk pensiun yang menyenangkan sebagaimana yang diidam-idamkan tersebut?

Memang bagi sebagian kita terutama pegawai berpikir bahwa masih ada jaminan pensiun yang nanti akan diperoleh apabila dalam jangka waktu tertentu setelah keluar dari pekerjaan. Namun kembali lagi apakah kita sudah pernah menghitung kecukupannya?

Ingatlah bahwa semakin lama kita menunda untuk melakukan investasi buat kebutuhan pensiun kita, semakin besar opportunity costnya bagi kita.

6.Kurang tertarik melakukan perlindungan jiwa, kesehatan, dan harta

Salah satu hal yang menjadi pertimbangan kebanyakan dari masyarakat mengenai asuransi adalah karena bisa menambah beban keuangan akibat adanya kewajiban membayar premi secara rutin dalam jangka waktu yang cukup lama namun disisi manfaatnya tidak dapat dirasakan dan dinikmati secara langsung.

Kita lebih suka mengalihkan uang yang dimiliki untuk tujuan lainnya yang manfaatnya dapat dirasakan dan dinikmati secara langsung. Ingatlah bahwa melakukan proteksi jiwa, kesehatan dan harta baru akan dirasakan manfaatnya oleh kita sendiri, keluarga dan anak-anak pada saat terjadinya musibah.

Baca Juga: BNI Expo 2024: BNI Asset Management Hadir untuk Memandu Generasi Muda Raih Kebebasan Finansial

Asuransi bisa menjadi jaring pengaman saat keuangan kita bermasalah ketika terjadinya musibah tersebut.

Itulah kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan dalam mengelola keuangan keluarga atau pribadi.

Cobalah diagnosa oleh diri sendiri apakah kita sering melakukan hal-hal tersebut diatas? Bila jawabannya “Ya ada” segeralah mengobatinya sedini mungkin yaitu dengan menghilangkan kebiasaan buruk tersebut.

Tidak perlu sekaligus tapi dapat dilakukan satu persatu dahulu. Jika itu dilaksanakan dengan disiplin dan konsisten maka mimpi menjadi kaya bukan suatu hal yang tidak mungkin bahkan bagi seorang pegawai/ karyawan atau bahkan para pelaku UKM.

Kita tentu sangat berharap bahwa dengan keuangan yang sehat dapat menunjang kehidupan kita yang nyaman di masa kini maupun masa depan.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Wawancara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Trending

Berita Pilgub