World Bank Sebut, Tahun 2024 Ekonomi Dunia Tumbuh Stabil 2,6 Persen

- 13 Juni 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi Logo Bank Dunia.
Ilustrasi Logo Bank Dunia. /ANTARA/HO-Dok.Bank Dunia./

JABARINSIGHT - Pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan terjaga stabil di posisi 2,6 persen pada 2024 di tengah gejolak ketegangan geopolitik dan tingkat suku bunga tinggi. Demikian pernyataan yang dikeluarjan Bank Dunia (World Bank).

Bank Dunia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan akan meningkat hingga rata-rata 2,7 persen pada 2025-2026, seiring dengan menguatnya pertumbuhan perdagangan dan pelonggaran kebijakan moneter yang luas namun terukur mendukung aktivitas.

Dilansir dari laporan Prospek Ekonomi Global terbaru dari Bank Dunia yang diterima di Jakarta, Rabu 12 Juni 2024 disebutkan, pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan akan tetap stabil pada angka 2,6 persen tahun ini.

"Meskipun terjadi ketegangan geopolitik dan tingkat suku bunga yang tinggi, sebelum naik tipis menjadi 2,7 persen pada tahun 2025-2026 seiring dengan sedikit ekspansi perdagangan dan investasi," jelasnya.

Baca Juga: AWAS! Penipuan Kurban Online Jelang Idul Adha 2024, OJK Beberkan Ciri-Cirinya

Baca Juga: Daftar 6 Perumahan Subsidi di Ciamis Harga Rp100 Jutaan, Lengkap dengan Syarat Mendapatkannya

Diakui terdapat perbaikan dalam prospek pertumbuhan jangka pendek namun prospek tersebut masih lemah. Menurut Bank Dunia, pada t 2024-2025, pertumbuhan global diperkirakan akan berada di bawah rata-rata pertumbuhan pada 2010 di hampir 60 persen negara, yang mewakili lebih dari 80 persen output dan populasi global.

Sementara inflasi dunia diperkirakan akan melambat dibandingkan asumsi sebelumnya, yaitu rata-rata 3,5 persen pada 2024. Mencerminkan berlanjutnya tekanan inflasi, bank sentral kemungkinan akan tetap berhati-hati dalam melakukan pelonggaran kebijakan.

Bank Dunia mengatakan, guncangan yang terjadi pada beberapa tahun terakhir telah menghambat upaya mengejar ketertinggalan pendapatan per kapita, dengan hampir separuh negara berkembang mengalami penurunan dibandingkan negara-negara maju pada 2020-2024.

"Di tengah meningkatnya tingkat konflik, prospek di banyak negara yang rentan masih tetap lemah," ujarnya.

Di sisi lain, risiko menjadi lebih seimbang, namun risiko negatif masih mendominasi, termasuk ketegangan geopolitik, fragmentasi perdagangan, suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka panjang di tengah inflasi yang terus-menerus, dan bencana alam terkait perubahan iklim.

Baca Juga: TAK ADA AMPUN, Satgas OJK Hentikan 19 Investasi Ilegal dan 896 Pinjol ILegal  

Upaya kebijakan global diperlukan untuk menjaga perdagangan, mendukung transisi ramah lingkungan dan digital, memberikan keringanan utang, dan meningkatkan ketahanan pangan.

Selain itu, utang yang tinggi dan biaya pembayaran utang yang tinggi akan mengharuskan pembuat kebijakan di negara-negara berkembang untuk menyeimbangkan kebutuhan investasi yang besar dengan keberlanjutan fiskal.

Untuk mencapai tujuan pembangunan, diperlukan kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan produktivitas, meningkatkan efisiensi investasi publik, membangun sumber daya manusia, dan menutup kesenjangan gender di pasar tenaga kerja.***

 

Editor: Zair Mahesa

Sumber: Antara


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah