Saat itu berharap pembangunan proyek akan rampung dan beroperasi pada tahun 2021 bersamaan dengan pengoperasian kereta cepat yang sekarang dinamakan Whoosh.
Namun entah mengapa, hingga saat ini pembangunan proyek LRT Bandung tersebut belum juga terwujud hingga kereta cepat Whoosh sudah beroperasi penuh saat ini.
Kebutuhan akan pengembangan sistem transportasi ini telah diidentifikasi dalam studi BBMA Urban Mobility Strategy and Action Plan(BBMA UMSAP) yang disusun pada tahun 2020. Studi yang disusun melalui pendanaan dari Swiss State Secretariat for Economic Affairs (SECO)melalui Indonesia Sustainable Urbanization (IDSUN) Multi-Donor Trust Fund, memberikan gambaranyang komprehensif pada Bandung Raya dalam meningkatkan mobilitas di seluruh wilayahnya.
Rekomendasi utama yang diberikan atas dasar studi Urban Mobility Planning Strategy tersebut salah satunya adalah pembangunan sistem LRT Koridor Utara - Selatan dan Koridor Timur - Barat.
Sebagai tindak lanjut atas studi BBMA UNSAP,Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menyusunstudi Outline Business Case (OBC) pada tahun 2021.
Pada Februari 2024, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin menyebutkan bahwa Kementerian Keuangan (Kemenkeu) secara prinsip telah menyetujui proyek LRT Bandung dan tinggal memastikan tahapan yang akan dijalankan.
Bey mengatakan bahwa pihak Kemenkeu dan BUMN PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) menilai proyek ini menarik jika ditawarkan kepada investor.
Dalam pertemuannya dengan Kmenterian Keuangan, pihak Kemenkeu juga menyetujui koridor yang dibangun tidak hanya Utara-Selatan (Babakan Siliwangi-Leuwipanjang) namun juga yang membentang antara Barat-Timur (Leuwipanjang-Tegalluar) lewat skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU).
Namun demikian, Bey menyebut dalam pertemuan itu belum didapat kepastian terkait pembiayaan APBN akan diperuntukkan untuk gerbong LRT ataupun hingga pembiayaan konstruksi.