Sebagai indikasinya, Jepang belakangan ini tidak lagi memiliki perusahaan multinasional yang menawarkan layanan teknologi baru seperti AI, mikrocip, pengelolaan data, komputasi awan (cloud), dan sebagainya.
4 Indikator pendongkrak daya saing
Arturo Bris menerangkan bahwa IMD World Competitiveness Center (WCC) menggunakan 4 indikator untuk menentukan peringkat WCR 2024, yaitu performa ekonomi, efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis, dan infrastruktur.
Dari keempat indikator ini, peringkat daya saing Indonesia didongkrak oleh tinggi pada efisiensi bisnis atau Business Efficiency (14), efisiensi pemerintah/Goverment Efficiency (23), dan performa ekonomi/Economic Performance (24).
Namun, Indonesia masih cukup lemah pada ketersediaan infrastruktur, terutama terkait infrastruktur kesehatan dan lingkungan (61), pendidikan (57), sains (45), dan teknologi (32).
Terkait efisiensi bisnis, sektor yang berhasil mendongkrak skor Indonesia adalah masifnya ketersediaan tenaga kerja (2), efektivitas manajemen perusahaan (10), perilaku dan tata nilai masyarakat yang mendukung efisiensi perusahaan (12). Sedangkan sektor yang masih perlu ditingkatkan adalah finansial (25) dan produktivitas (30).
Untuk efisiensi pemerintah, nilai Indonesia paling terpuruk terkait legislasi bisnis (42) yang mendukung daya saing sektor swasta seperti aturan perdagangan, persaingan, dan ketenagakerjaan.
Peringkat kedua terburuk terkait kerangka sosial yang mengukur keadilan penegakan hukum, pendapatan, dan kesetaraan gender (39).
Sedangkan sektor pendongkrak skor Indonesia adalah kebijakan pajak (12) dan kebijakan finansial publik (18) terkait efisiensi bank sentral dan bank umum.***