Bisnis Sutera, Kain Sehat Ramah Lingkungan Ala Bangsawan, Potensial Bangkit di Jawa Barat

21 Juni 2024, 18:45 WIB
Kain sutera /tom69green/pixabay.com

 

JABARINSIGHT – Produk pakaian dari kain sutera masih dikenal sebagai produk mahal, karena termasuk sebagai barang mewah. Peminat kain sutera masih banyak pada masa kini, sebagai simbol status kaum berada, identik dengan banyak uang.

Walau kain sutera terbaik dunia diketahui berasal dari Cina, India, dan Jepang namun Provinsi Jawa Barat pernah menjadi sentra penghasil benang sutera. Usaha produksi benang sutera melalui budidaya ulat sutera, pernah banyak di Cianjur, Tasikmalaya, Garut, Kabupaten Bandung, Sukabumi, bahkan Sumedang, dan Majalengka.

Selain sebagai simbol kemewahan dan kekayaan, juga juga digunakan sebagai mata uang transaksi. Jadi, memiliki kain sutera sebenarnya merupakan salah satu harta berharga, karena sebagai salah satu alat transaksi. Bahkan, di Indonesia bisnis kain sutera masih banyak.

Informasi dari Kementerian Kesehatan menyebutkan, kain sutera juga memiliki kegunaan medis, termasuk penyembuhan luka. Sebab, kain sutera terkenal dengan kelembutan, kehalusan, kilauannya, serta nyaman dipakai dalam berbagai cuaca.

Kain sutera diketahui merupakan salah satu produk tekstil tertua di dunia. Para peminat kain sutera sampai kini bukan hanya di Asia, juga sampai ke Eropa dan Amerika. Kain sutera menjadi bahan modis kelas atas, karya para desainer pakaian.

Tetapi dalam agama Islam, ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW, bahwa pakaian sutera hanya diperbolehkan untuk kaum wanita. Sebab jika kain sutera digunakan oleh kaum laki-laki, maka menjadi menyerupai wanita, karena menjadi menyerupai kaum wanita.

Baca Juga: Usaha Ulat Sutera di Kabupaten Bandung 2024 Tinggal Sedikit, Padahal Peluang Pasar Besar

Gambaran sekarang

Hanya saja, sampai tahun 2024 ini, data keberadaan para pelaku produksi benang sutera di Jawa Barat terindikasoi belum jelas lagi. Berbagai data yang ada di Jawa Barat soal produksi benang sutera, rata-rata hanya sampai tahun 2016, karena sampai masa itu pembudaya ulat sutera masih banyak.

Produksi benang sutera. dok Nina Notman/cemistryworld.com

Bahkan pada open data Pemprov Jawa Barat untuk Dinas Kehutanan sampai 2019, tidak tercantum gambaran soal usaha budidaya ulat sutera. Padahal, budidaya ulat sutera dan benang sutera merupakan hasil hutan non kayu.

Tetapi sebagai penunjang, Jawa Barat memiliki sumber daya alam yang sangat mendukung untuk produksi benang sutera melalui budidaya ulat sutera. Bahkan, pohon-pohon murbei sebagai media berkembangbiak ulat sutera, pernah sangat banyak terdapat di Jawa Barat.  

Mantan pembudidaya ulat sutera di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Adeng (55) menyebutkan, dirinya pernah membudidayakan pada tahun 1990-an. Ketika itu, bisninya bagus karena pemasaran terjamin oleh jaringan pemasok ke sejumlah desain di Jakarta.

“Waktu itu, bisnis para desainer memang sedang marak-maraknya, kain sutera merupakan salah satu yang paling banyak diminati. Pengaruhnya berantai menghidupi masyarakat desa pembudidaya ulat sutera,” kenang Adeng.

Soal mengapa tidak melanjutkan lagi usaha ulat sutera, menurut dia, karena kemudian tergiur bekerja di perusahaan swasta, Sebab, ia berpendidikan sarjana pertanian, namun kini sudah berhenti bekerja karena terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler