Alhamdulillah Aman, Hasil Penelitian ITB: AMKD Galon Berbahan PC Tak Mengandung Zat Berbahaya BPA

- 27 Agustus 2024, 16:00 WIB
Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran Institut Teknolgi Bandung (ITB) Ir Akhmad Zainal Abidin, MSc, PhD, menjelaskan bahwa penelitian terbaru ITB terhadap air minum dalam kemasan (AMDK) galon berbahan polikarbonat (PC) tidak menunjukkan adanya kandungan zat berbahaya Bisphenol-A (BPA).
Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran Institut Teknolgi Bandung (ITB) Ir Akhmad Zainal Abidin, MSc, PhD, menjelaskan bahwa penelitian terbaru ITB terhadap air minum dalam kemasan (AMDK) galon berbahan polikarbonat (PC) tidak menunjukkan adanya kandungan zat berbahaya Bisphenol-A (BPA). /Antara/Dokumentasi Pribadi/

JABARINSIGHT - Hasil penelitian terbaru Institut Teknologi Bandung (ITB) terhadap air minum dalam kemasan (AMDK) galon berbahan polikarbonat (PC) tidak menunjukkan adanya kandungan zat berbahaya Bisphenol-A (BPA).

Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran ITB Akhmad Zainal Abidin menyampaikan hasil ITB penelitian terhadap AMDK tersebut, Selasa, 27 Agustus 2024.

Ia mengungkapkan bahwa Kelompok Studi Polimer ITB telah melakukan penelitian yang menguji keamanan dan kualitas AMDK galon berbahan PC dari berbagai merek ternama di Provinsi Jawa Barat.

Baca Juga: Black Myth: Wukong Laris Manis Laku 10 Juta Kopi, Cek Spesifikasi Minimal dan Spek Rekomendasi PC Anti Ngelag

Studi tersebut berfokus untuk mendeteksi peluruhan atau migrasi BPA dari kemasan galon berbahan polikarbonat ke dalam air minum terhadap empat sampel dari merek AMDK terpopuler.

"Dari penelitian tersebut, kami tidak mendeteksi (non-detected) BPA di semua sampel AMDK yang diuji," kata Akhmad Zainal seperti dilansir Antara.

Menurut dia, hasil studi tersebut menunjukkan kadar BPA masih sangat aman, berada jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan otoritas keamanan pangan nasional dan internasional, seperti Standar Nasional Indonesia (SNI), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Penelitian ini menunjukkan semua sampel air minum yang diuji terbukti aman untuk dikonsumsi masyarakat dan telah sesuai dengan standar serta regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah dan juga standar internasional," tuturnya.

Baca Juga: Bocoran Spek Realme Note 60, Tahan Debu dan Air, Harga Ramah Rp1 Jutaan, Siap Meluncur di Indonesia

Upaya mengedukasi masyarakat

Akhmad Zainal menjelaskan, penelitian Kelompok Studi Polimer ITB tersebut merupakan bagian dari upaya mengedukasi masyarakat mengenai kualitas dan keamanan AMDK yang berbasis pada serangkaian uji ilmiah yang ketat, terpercaya, dan independen.

Penelitian tersebut, kata dia melanjutkan, mengikuti metode uji baku keamanan dan kualitas air minum nasional dan internasional, baik standar dari BPOM, SNI, Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), maupun American Public Health Association (APHA), dengan menggunakan detail analisis kimia dari Association of Official Analytical Chemist International (AOAC).

Penelitian tersebut menggunakan alat ukur canggih, yaitu High Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang terkenal akan ketepatan akurasinya, dengan nilai Limit of Detection (LoD) sebesar 0,0099 mikrogram per liter (mcg/L).

Menurut Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019, ambang batas maksimum migrasi BPA dalam wadah penyimpanan adalah 600 mikrogram per liter (0,6 ppm).

Baca Juga: 3 Manfaat yang Wajib Ada di Perusahaan Selain Gaji, Nomor 1 THR, Survei: Jadi Pertimbangan Pelamar Kerja

Akhmad Zainal mengungkapkan, lokasi uji dan pengambilan sampel penelitian, dilakukan di Provinsi Jawa Barat, sebagai wilayah dengan jumlah sarana produksi industri AMDK terbanyak di Indonesia.

Berdasarkan data Direktorat Registrasi Pangan Olahan BPOM, Provinsi Jawa Barat memiliki jumlah fasilitas terbanyak dengan 193 fasilitas, diikuti oleh Jawa Timur dengan 166 fasilitas, dan Sulawesi Selatan dengan 158 fasilitas dari total 1.247 fasilitas produksi AMDK di seluruh Indonesia pada 2022.

Sekilas tentang BPA

Akhmad Zainal menyatakan, BPA pertama kali dibuat pada tahun 1891, telah digunakan secara luas terutama dalam pembuatan plastik polikarbonat. BPA tahan terhadap suhu mulai dari -40 hingga 145 derajat Celcius.

Selain digunakan dalam produk kemasan pangan, BPA juga ditemukan dalam berbagai produk sehari-hari lainnya, seperti tambal gigi, makanan dan minuman kaleng, serta kertas termal yang digunakan untuk struk belanja.

Baca Juga: Pinjam Dana Tunai di Pegadaian Tanpa Bunga? Begini Cara Ikut Program Gadai Bebas Bunga

"BPA ini tidak lepas dari kehidupan sehari-hari kita. Suka tidak suka, sadar tidak sadar kita terpapar oleh BPA. Jadi, hal yang perlu diperhatikan pada kemasan ini adalah batas aman, dan itu sudah diatur oleh regulator, dalam hal ini BPOM," tutur Akhmad Zainal.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: ITB, Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Trending

Berita Pilgub