Alhamdulillah, Jadi Produsen Bahan Anoda Baterai Lithium Terbesar Kedua di Dunia, Ini 5 Manfaat bagi Indonesia

- 12 Agustus 2024, 14:00 WIB
Pekerja memeriksa alat karbonisasi bahan material di pabrik bahan anoda baterai lithium PT Indonesia BTR New Energy Material di Kawasan Ekonomi Khusus Kendal (KEK), Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Rabu, 7 Agustus 2024.
Pekerja memeriksa alat karbonisasi bahan material di pabrik bahan anoda baterai lithium PT Indonesia BTR New Energy Material di Kawasan Ekonomi Khusus Kendal (KEK), Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Rabu, 7 Agustus 2024. /ANTARA FOTO/Aji Styawan/

JABARINSIGHT - Indonesia menjadi salah satu produsen bahan anoda baterai lithium untuk kendaraan listrik, dan segera menjadi yang terbesar kedua di dunia.

Hal itu terwujud setelah Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik bahan anoda baterai lithium tersebut, yaitu PT Indonesia BTR New Energy Material, di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal pada Rabu, 7 Agustus 2024.

Berdirinya pabrik bahan anoda baterai lithium tersebut merupakan hasil dari kerja sama Indonesia-China, yang ditandatangani di Beijing, China, pada Oktober 2023.

Baca Juga: Pinjam Dana Tunai di Pegadaian Tanpa Bunga? Begini Cara Ikut Program Gadai Bebas Bunga

Presiden Joko Widodo juga memberikan apresiasi tinggi terhadap kecepatan pembangunan pabrik tahap pertama tersebut, yang selesai hanya dalam waktu 10 bulan sejak perjanjian kerja sama ditandatangani.

"Baru 10 bulan lalu kita tanda tangan perjanjian di Beijing, dan sekarang pabriknya sudah berdiri. Ini menunjukkan bahwa negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat, dan kini kita telah membuktikannya," kata Joko Widodo dalam sambutannya.

Presiden Jokowi juga mengharapkan pembangunan pabrik bahan anoda baterai lithium ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam industri kendaraan listrik global, serta mendukung pengembangan sektor energi terbarukan di tanah air.

5 Manfaat bagi Indonesia

Meskipun pabrik bahan anoda baterai lithium sudah beroperasi, sebagian bahan baku masih merupakan barang impor. Bahan tersebut adalah natural graphite yang diimpor dari Afrika dan litium dari Australia.

Baca Juga: Apple Bakal Luncurkan Ponsel Lipat pada 2026, Bocoran Info: Mirip Samsung Galaxy Z Flip?

Sedangkan artificial graphite diperoleh dari kilang Pertamina di Riau. Termasuk di antaranya, kobalt, mangan, nikel.

"Untuk industri baterai litium memang kita tidak punya litiumnya. Kita juga ambil litiumnya dari Australia, tetapi untuk kobalt, mangan, nikelnya kita ada di Indonesia. Kalau nanti terintegrasi semuanya menjadi barang setengah jadi maupun batang jadi, kita akan menjadi pemasok masuk ke global supply chain," kata Presiden Jokowi.

Lalu, apa saja manfaat pabrik tersebut bagi Indonesia? Antara melansir 5 manfaatnya berikut ini:

1. Menambah devisa

Pabrik bahan anoda baterai lithium tersebut berpotensi menambah devisa sekitar USD1 miliar per tahun dan pendapatan pajak.

Baca Juga: Samsung Galaxy Z Fold6 dan Galaxy Z Flip6 Meluncur di Indonesia, Cek Harga Resmi Ponsel dengan AI Kian Mumpuni

2. Menjadi pemain kunci

Menjadi produsen bahan anoda baterai lithium sekaligus menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci dalam pasar kendaraan listrik global.

3. Mengurangi ketergantungan impor

Meskipun sebagian bahan baku masih merupakan barang impor, salah satu tujuan pendirian pabrik ini adalah mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku atau komponen baterai.

4. Menciptakan lapangan kerja baru

Berdirinya pabrik tersebut akhirnya menciptakan lapangan kerja baru seperti pengolahan bahan baku, hingga penelitian dan pengembangan.

Baca Juga: Oppo Reno12 Series Meluncur di Indonesia, Inilah HP dengan AI Generatif, Banderol Harga Mulai Rp6 Jutaan

5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Terciptanya lapangan kerja berdampak pada berkurangnya pengangguran sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan data Kemenko Perekonomian per 8 Agustus 2024, pabrik bahan anoda baterai lithium dapat memproduksi total 80.000 ton/tahun material anoda baterai.

Jumlah itu terdiri atas 50.000 ton/tahun grafit anoda alam dan 30.000 ton/tahun grafit anoda buatan.

Total produksi tersebut ditargetkan naik menjadi 160.000 ton/tahun pada 2025.

Hasil produksi bahan anoda baterai lithium tersebut didistribusikan ke sejumlah negara dan wilayah seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dan Eropa.

Baca Juga: Bedah Isi Jelly Max, Ponsel Pintar 5G Paling Kecil di Dunia, Performa Tinggi Spesifikasi Mumpuni

Masih menurut data Kemenko Perekonomian, nilai investasi pembangunan pabrik tersebut terdiri atas

- Pembangunan tahap I di KEK Kendal senilai USD 478 juta.

- Pembangunan tahap II yang ditargetkan rampung pada Maret 2025 senilai USD 299 juta.

Setelah tahap I dan II selesai, Indonesia diperkirakan juga akan menjadi produsen bahan anoda baterai litium-ion terbesar kedua di dunia dengan total produksi 160 ribu ton.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Trending

Berita Pilgub