Presiden Jokowi Sebut, Kurs Rupiah Hingga Rp16.300 Per Dolar AS Masih Posisi Baik

Tayang: 10 Juni 2024, 21:00 WIB
Penulis: Zair Mahesa
Editor: Tim Jabar Insight
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers usai menghadiri HUT HIPMI di Jakarta, Senin 10 Juni 2024.
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers usai menghadiri HUT HIPMI di Jakarta, Senin 10 Juni 2024. /ANTARA/Aria Cindyara/

JABARINSIGHT - Di tengah ketidakpastian global yang menghantui semua negara di dunia saat ini, Presiden Joko Widodo menyatakan nilai tukar (kurs) rupiah yang berada pada level Rp16.200-Rp16.300 per dolar AS masih dalam posisi yang baik

"Menurut saya kalau masih di angka Rp16.200-Rp16.300 (per dolar AS) masih posisi yang baik," kata Jokowi saat memberikan keterangan pers usai menghadiri HUT Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di Jakarta, Senin 10 Juni 2024.

Menurut Presiden, saat ini semua negara mengalami hal yang sama, yakni tertekannya nilai mata uang mereka terhadap dolar AS. Sebab itu, di tengah ketidakpastian global yang dialami semua negara, nilai tukar rupiah terhadap dolar masih dalam posisi yang baik.

"Semua negara sekarang ini mengalami hal yang sama, mengalami hal yang sama tertekan oleh yang namanya dolar kursnya," kata Presiden Jokowi.

Baca Juga: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tegaskan, Pasar Obligasi Menguat

Pada akhir perdagangan Senin 10 Juni 2024, kurs rupiah turun 87 poin atau 0,54 persen menjadi Rp16.283 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.196 per dolar AS.

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS ditutup merosot di tengah kenaikan penghasilan per jam rata-rata di Amerika Serikat (AS).

"Laporan Biro Statistik AS menunjukkan kenaikan penghasilan per jam rata-rata sebesar 4,1 persen year on year. Namun, tingkat pengangguran naik menjadi 4 persen dari angka 3,9 persen sebelumnya," kata analis ICDX Taufan Dimas Hareva di Jakarta, Senin.

Baca Juga: Cara Tarik Tunai di ATM BCA Tanpa Kartu. Cukup Gunakan Aplikasi MyBCA di HP Android dan Iphone

Menurut Taufan, data tersebut mengindikasikan adanya inflasi upah yang dapat memicu inflasi inti dan inflasi umum yang lebih tinggi, sehingga hal tersebut berpotensi menyebabkan bank sentral Amerika Serikat untuk menunda pemangkasan suku bunganya.

Halaman:

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Trending

Berita Pilgub